Langsung ke konten utama

CERPEN 5000 KATA

Air Mata Kesabaran
           
              Kinar,gadis cacat yang selalu dikucilkan oleh orang-orang sekitar. Tengah berjalan dengan terbata-bata dengan bantuan alat kruk untuk mengantarkan sang adik ke sekolah. Dea silva,adik perempuan kinar yang masih duduk dikelas 3 SD.Kinar tidak ingin membiarkan adiknya berjalan kaki. Gadis itu menggendong sang adik diatas punggungnya. Kinar tidak peduli dengan keadaan kakinya. Asalkan Dea bisa sampai disekolah tanpa merasa letih.Sesampainya didepan gerbang sekolah Dea,Kinar  membungkukkan punggungnya dengan tangan yang bertumpu ke trotoar agar adiknya bisa turun dari punggungnya.
“Makasih kak”  Ucap Dea sembari membantu Kinar berdiri dan memberikan kruk kakaknya.
“Sama-sama cepat masuk sana”  jawab Kinar
“Kak,besok ga usah anterin Dea lagi ya kak?”
“Loh emangnya kenapa?” tanya Kinar
“Dea malu kak,temen-temen Dea banyak yang ngejekin Dea”
Kinar diam sejenak kemudian berdehem dan mencoba bertanya lagi kepada sang adik.
“Mereka bilang apa sama kamu?”
“Mereka ngatain Dea punya kakak cacat,punya kakak lumpuh,punya kakak sakit-sakitan”
Hati Dea rasanya seperti ditusuk jarum,ketika teman-temannya mengejeknya.
“Kamu jangan dengerin mereka ya,udah mendingan kamu belajar yang bener aja.”
“T-tapi kak..”
“Ya udah besok kakak ngga nganterin kamu lagi kok” ucap Kinar dan memaksakan senyumnya.
“Makasih kak,Dea masuk dulu ya kak,dah kak!”
Kemudian Kinar melanjutkan jalannya menuju sekolah mereka,Dia lebih memilih berjalan menggunakan kruknya daripada harus naik bus atau angkutan umum. Bukan karena dia tidak ingin mengeluarkan uang,namun faktanya keluarganya sangat-sangat miskin sehingga untuk ongkos saja Kinar tidak punya. Ibu Kinar adalah seorang pembantu rumah tangga,sedangkan ayahnya sudah meninggal sejak 10 tahun yang lalu.Kinar bersekolah di SMA 1 Harapan sekolah favorit di Ibu Kota Jakarta dan juga merupakan sekolahnnya anak-anak berada.
Kinar bersekolah di situ karena dia mendapatkan beasiswa berprestasi sehingga dia bisa melanjutkan pendidikannya disana.
“Heh cacat!”
Tiga orang anak perempuan dengan seragam sekolah mereka yang serba ketat menghadang jalan Kinar.
“I-iya,ada apa? “ Ucap Kinar semabri terbata-bata
“Mana Nyokap lo?belakangan ini dia sering lama dateng ke rumah gue,mau makan gaji buta?” bentak Sasya anak seorang CEO di perusahaan besar.
“Maaf,ibu aku lagi kurang sehat.Makannya dia sering telat datang”  jawab Kinar.
“Mau sehat kek,mau sakit kek,suruh itu si ibu-ibu tua datengnya jam 5 pag ! Lo pikir kerjaan dirumah gue sedikit?”
“Iya”
Ketika Kinar berjalan melewati Sasya dan teman-temannya,dengan sengaja gadis sombong itu menendang kruk yang Kinar gunakan dan membuat Kinar jatuh tersungkur. Anak-anak yang berlalu lalang dikoridor sekolah ini,yang menyaksikan mereka,semuanya tertawa mengejek Kinar.
“Udah tau cacat masih aja sekolah”
“Hahahaha,resiko jadi orang cacat .”
“Sakit ga tuhh?”
“Udah cacat sakit mental lagi ni anak”
Begitulah cacian yang selalu menjadi sarapan pagi Kinar ketika dia menginjakkan kaki disekolah elit ini. Dengan susah payah Kinar berdiri dengan satu kakinya,Ya,gadis malang ini hanya mempunyai satu kaki.
“Sasya” suara seseorang yang memanggil.
Sasya membalikkan badannya dan menemukan seorang laki-laki yang memiliki wajah tampan bak pangeran. Bibirnya yang tipis dan dagunya agak lancip menambah kesan menawan pada laki-laki tersebut.
“Daniel?” ucap Sasya sedikit terkejut.
“Kenapa ini?” tanya Daniel.
“Nih si cacat pagi-pagi udah buat onar aja”
Daniel menatap Kinar dengan tatapan yang sangat dingin dan menusuk,sedangkan Kinar hanya menundukkan wajahnya.
“Yah dasar dia lagi dia lagi”
Lalu Daniel menendang kruk yang digunakan Kinar.
Anak-anak lain kembali menertawai Kinar,bahkan sampai ada yang melempari Kinar dengan boto minuman serta sisa-sisa makanan mereka. Kinar menunduk pasrah,kemudian melanjutkan langkahnya menuju kamar mandi untuk membersihkan bajunya yang kotor karna dilempari minuman oleh anak-anak.
Selama 15 menit Kinar habiskan untuk membersihkan seragamnya,kemudian dia kembali ke kelasnya dan sayang nya sudah ada guru yang masuk disana.
“Assalamu’alaikum,permisi bu.” Ucap Kinar sembari mengetuk pintu kelas.
“Astaga,baru datang jam segini kamu/Niat sekolah atau tidak?” bentak sang guru yaitu Bu Yeyen.
“Maaf bu,saya telat bangun”
“Ngapain aja kamu dirumah sampai bisa bangun telat?”
“Habis membantu orangtua bu” jawab Kinar
Dia terpaksa berbohong kepada gurunya itu
“Ya sudah sana duduk.”
Ketika Kinar hendak duduk,tiba-tiba bu Yeyen bertanya
“Baju kamu kenapa kotor kayak gitu? “
“Saya tadi jatuh bu,baju saya kena becek “dengan berat hati dia harus  berbohong lagi seperti itu.
“Ya sudah sana duduk,lain kali kalo jalan hati-hati!”
“iya bu,maaf “ jawab Kinar Lalu dia langsung duduk dikursi paling belakang.
            Kinar membereskan perlengkapan sekolahnya dengan tergesa-gesa,hari ini dia mendapat tugas tambahan untuk membersihkan halaman sekolah agar beasiswanya tidak di cabut. Ya begitulah mereka,memanfaatkan keadaan Kinar untuk mengancam dia. Mereka mengatakan bahwa jika Kinar ingin terus bersekolah disini dan mendapatkan beasiswa,dia harus bersedia juga menjadi tukang bersih taman dan halaman sekolah.
Sungguh kejam bukan?
            Bayangkan saja ,seorang anak remaja yang hanya memiliki satu kaki dan berjalan dengan bantuan alat kruk ditugaskan untuk membersihkan halaman sekolah yang sangat luas  ni
”Kinar.” Panggil seseorang membuat ia menghentikan aktivitasnya.
“Kamu lagi ngapain?” tanya orang itu dan mulai mendekati Kinar
            Yohan  Pramudya,ketua osis SMA 1 Harapan yang terkenal akan kebaikan dan keramahannya kepada semua orang.Yohan tidak seperti anak-anak lain,ketika semua orang menjauhi dan menghina Kinar,hal iitu tidak berlaku untuk seorang Yohan.
“Tugas tambahan dari sekolah” jawab Kinar
Saat itu Kinar merasa tidak nyaman karena hanya ada dia dan Yohan saja disini,Kinar takut itu akan menimbulkan fitnah.
“Aku bantuin ya?” ucap Yohan
“Terima kasih atas tawarannya,tapi lebih baik kamu pulang saja,aku bisa sendiri.” Jawab Kinar
“Kamu takut dilihat orang lain?” tanya Yohan
Kinar hanya menundukkan kepalanya sambil terdiam
“Ya udah aku duluan ya” ucap Yohan
“Hati-hati” balas Kinar
Yohan hanya tersenyum tipis kemuadian mengangguk dan beranjak  pergi meninggalkan Kinar. Setelah 2 jam Kinar habiskan waktunya untuk membersihkan taman dan halaman sekolah,sekarang Kinar menuju rumah Sasya untuk menyusul ibunya yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga disana.
Kinar berjalan tergesa-gesa,sungguh dia tidak ingin membiarkan ibunya bekerja lebih lama lagi disana.
“Assalamua’alaikum.” Ucap Kinar saat memasuki rumah Sasya
“Heh anak cacat ,dari mana aja kamu lama banget si?Sana bantuin ibumu kerja!” bentak sang nyonya rumah ini,Mariska.
“Maaf nyonya” jawab kinar
Kinar kemudian jalan ke arah dapur,melihat ibunya yang sedang mencuci priring dan menghampirinya.
“ Ibu.. “
“Dari mana saja kamu?” tanya bu Idah datar.
“Maaf bu ,tadi Kinar ada tugas sekolah “
“Kamu ga liat ibu lagi kurang sehat ?Tega kamu biarin ibu kerja lama-lama disini”
“Maaf bu”
“Sana kamu masak,abis itu Laundry pakaian mereka. “
“Iya bu,ehmm lebih baik ibu pulang saja biar Kinar yang menyelesaikan semuanya,kasihan ibu kurang sehat kayak gini.”
             Bu Idah menatap Kinar datar,kemudian mengangguk dan membersihkan tangannya. Setelah itu Bu Idah pulang membiarkan Kinar menyelesaikan semua pekerjaan rumah ini sendirian.
Kinar melanjutkan piring cucian ibunya tadi,setelah itu mencuci baju sang pemilik rumah ini,dan kemudian menyiapkan makan malam.
“Kinar!” teriak Sasya tiba-tiba
Dengan segera Kinar meraih kruknya dan menghampiri Sasya yang tenagah duduk di ruang keluarga.
“Ada apa non?”
“Buatin gue jus mangga,udah itu kamu harus pel lantai rumah  ini.” Perintah Sasya.
“Baik non “
“Kinar kembali ke dapur dan membuatkan segelas jus  kemudian mengantarkannya kepada Sasya.
            Setelah itu Kinar mengambil ember dan mengisi air serta mencampurkan pembersih lantai kedalamnya. Kinar mulai mengepel lantai menggunakan kain.
Kinar mengepel sambil merangkak,karena sangat sulit jika harus mengepel dengan bantuan alat kruk. Kinar sering kali terjatuh karena tidak bisa menyeimbangi badannya.
Byurrr!
Tiba-tiba seseorang datang dengan sengaja menendang ember yang berisi air tersebut dan mengenai Kinar,yang membuat Kinar basah kuyup.
“Sicacat Kinar,ngapain disini?”tanya Daniel yang berdiri dengan angkuhnya didepan Kinar yang masih duduk.
“D-daniel?” ucap Kinar gugup.
Kemudian Daniel berjongkok dihadapan Kinar,menatap gadis itu dengan tatapan yang sangat remeh kemudian tersenyum sinis.
“Basah ya? Kasihan banger Kinar..” lalu Daniel tertawa
“Menjauhlah”
Daniel menghentikan tawanya, kembali menatap Kinar tidak suka.Menurut laki-laki itu,perkataan yang Kinar ucapkan merupakan suatu penghinaanbaginya. Seumur hidup,tidak pernah satupun perempuan yang menyuruh ia untuk menjauh.Bahkan merekalah yang sealu menempelkan diri pada Daniel
Tapi sekarang?Gadis cacat didepannya ini dengan mudahnya mengatakan itu?
“Heh cacat,ngomong apa lo barusan?”
“Menjauh dariku.” Ulang Kinar sekali lagi dengan wajah yang tertunduk.
“Sombong banget lo” bentak daniel kepada Kinar.
“Lo pikir lo udah hebat ngomong kayak gitu?Dasar cacat!” sarkas Daniel kemudian berdiri dan menendang kaki Kinar yang tidak utuh.
Kinar hanya bisa meringis kesakitan tanpa bisa melawan,sunguh rasanya teramat sakit sekali.
Daniel tidak main-main ketika menendang kakinya.
            Setelah Daniel pergi dari sana,Kinar dengan segera membersihkan air sabun yang tumpah tadi.Sangat bahaya jika penghuni rumah ini melihat lantai mereka banjir,bisa-bisa Kinar akan dianiyaya oleh mereka.
“Astaga Kinar?!”
Kinar mendongak,wajahnya memucat, jantunya berdetak lebih cepat ketika melihat sang pemilik rumah tengah berdiri sembari menatapnya dengan ekspresi yang sangat mengerikan.
“Nyon-nyonya”
“Kamu bisa kerja yang bener ga si? Ini kenapa lantai rumah saya makin kotor,hah?!” bentak Mariska,selaku nyonya di rumah ini.
“Saya tidak sengaja menumpahkannya nyonya” jawab Kinar takut-takut.
“Dasar anak cacat sekali-kali kamu harus dikasih pelajaran.” Mariska berjalan mendekati Kinar, mengambil kruk Kinar yang terletak didekatnya.
“Sini kamu!”
Bukh !
Bukhhh!
Buakkhhh!
“Ini yang kamu mau?!”
Kinar yang masih duduk dilantai hanya bisa diam sembari menahan sakitnya kruk yang dipukulkan Mariska ke tubuh dan kakinya.
Bukhh!
Bukhh!
Tanpa ampun dan tanpa rasa iba,Mariska terus memukul gadis malang itu. Memukul Kinar dengan sekuat tenagannya,bahkan sampai badan Kinar itu terlihat lebam.
“Cepet bersihin semuanya,kamu saya siksa lagi” titah Mariska dan melemparkan kruk Kinar hingga mengenai wajah gadis itu.
Dengan susah payah Kinar kembali membersihkan tumpahan air tadi, menghiraukan rasa sakit yang mengjalar ditubuhnya.
Ingin melawan?tapi apa yang ingin Kinar lawan?Sudahlah, beginlah dia, takdirnya mengharuskan untuk terus diam dan tidak membantah.
Kinar sadar diri,sadar akan kekurangannya, jadi tidak ada gunanya dia melawan ataupun membela diri. Orang-orang juga tidak akanada yang peduli dengannya.
                                                                 ``````````````
Hari sudah mulai gelap,Kinar berpamitan pulang pada Marisaka. Kinar berjalan mencari masjid untuk melaksanakan kewajiban sholat maghrib,karena setelah ini dia harus bekerja lagi ke tempat lain.
Kinar berhenti di mushola kecil, mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat. Berdo’a pada Allah agar dia diberi kekuatan untuk bertahan dalam kondisi seperti ini.
Setelah itu Kinar melanjutkan perjalanannya menuju rumah makan kecil tempat dia bekerja paruh waktu.
Jadwalnya disini pada malam hari, untuk memcuci piring-piring kotor dan membersihkan meja pelanggan.
“Assalamu”alaikum.” Ucap Kinar .
“Wa’alaikumsalam,kenapa lama datangnya?” tanya sang pemilik rumah makan Bi Sum namanya.
“Maaf bi,tadi saya habis bekerja di rumah Nyonya Mariska.”
“ Kamu serius tidak si bekeja disini? Jangan seenaknnya datang terlambat, harusnya kamu bisa membagi waktu.”
“Iya maaf bi,besok tidak saya ulangi lagi”
“Ya udah sana kebelakang,piring kotor udah numpuk”
“Baik bi..”
Kinar berjalan kedapur rumah makan ini,meletakkan kruknya dan merangkak mendekati tumpukan piring kotor yang menjulang tinggi.
Rumah makan ini masih terbilang sangat sederhana,bahkan tempat mencuci pringnya terletak dibawah,tidak menggunakan wastafel.
Kinar sebenarnya merasa bersyukur ,karena tidak kesusahan jika harus berdiri.
Setelah selesai mencuci piring,Kinar melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 9 malam.
Kinar menghampiri Bi Sum, menanyakan apakah ada yang bisa ia kerjakan lagi agar ia bisa pulang cepat.
“Bi,ada lagi yang bisa saya kerjakan?”
“Kamu bersihkan semua meja sana,harus benar-benar bersih!Kalau tidak,saya tidak akan memberi kamu upah.”
Kinar tersenyum dan mengangguk, kemuadia mulai membersihkan semua meja yang ada dirumah makan ini.
Kinar benar-benar telaten dalam membersihkannya,tidak dia biarkan setitik nodapun yang tertinggal disana.
Sekitar 30 menit,akhirnya Kinar selesai dengan semua pekerjaanya.
“Sudah bi”
“Ya sudah, ini upahmu untuk hari ini.Besok datang lagi,tepat waktu!” ujar Bi Sum dan memberi 2 lembar uang senilai Rp 10.000.
Ya begitulah,pekerjaan Kinar  tidak sebanding dengan upah yang ia dapat.Namun dia tidak pernah mengeluh,dia selalu bersyukur dengan apa yang didapatnya.
“Terimakasih bi,saya pamit dulu.”
“Iya.”
Kinar pulang dengan perasaan bahagia,senyuman manisnya mengembang sepanjang perjalanan. Akhirnya hari yang melelahkan ini bisa ia lewati juga.
Bahkan,sakit dibadannya akibat pukulan Nyonya Mariska tadi sudah tidak ia rasakan lagi.
“Terimakasih ya Allah,masih  memberikan Kinar kekuatan.” Ucap Kinar sembari menatap langit malam.
Kinar berencana untuk membelikan adik dan ibunya makanan pencuci mulut menggunakan upah kerjanya yang tidak seberapa itu.
Ya walaupun dari pagi dia belum makan,tapi Kinar tidak peduli.Yan penting malam ini,dia bisa melihat adik dan ibunya makan makanan enak.
Kinar berhenti ditempat pedagang yang terletak dipinggir jalan,dia ingin membeli martabak coklat.
Karna uangnya hanya cukup untuk membeli makanan manis itu.
“Berapa pak?”
“16.000  neng.”
Kinar memberi uang hasil kerjanya tadi,dan sekarang sisa uang Kinar hanya tinggal Rp 4000 dan itu akan ditabung untuk biaya sekolah adiknya.
Kinar kembali melanjutkan jalannya dan tidak terasa hari sudah menunjukkan pukul 10 malam.
Kinar mempercepat langkahnya,berdo’a dalam hati semoga ibunya tidak memarahinya ketika dia sampai rumah nanti.
Tin!tin!
Kinar terlonjak kaget,bahkan hampir jatuh ketika sebuah mobil berhenti disampingnya. Kaca mobil itu terbuka perlahan.
“Kinar!” panggil orang yang didalamnya.
“Yohan?”
“Mau kemana kamu?” tanya Yohan.
“Ini mau pulang.”
“Yuk,aku antar.” Tawar Yohan dengan senyum khasnya .
“Ah?kamu duluan saja.”
“Tenang aja,aku gak bakal ngapa-ngapain kok.Aku Cuma mau antar aja,kasian kamu ini udah malem banget.”
“Tapi..”
“Gak baik loh anak perempuan jalan sendiri malam-malam begini.”
“Kamu bener,Tapi aku tidak merepotkan ini?
“Engga Kinar,yuk?”
Kinar mengangguk,kemudian ia berjalan mendekati mobil Yohan dan masuk kedalam dengan bantuan Yohan.
Didalam perjalanan,hanya ada alunan musik yang menemani kesunyian didalam mobil itu.
Jarak rumah Kinar dari tempatnya bekerja lumayan jauh,jika ditempuh mobil mungkin akan memamakan waktu sekitar 20 menitan.
“Kamu habis dari mana?” tanya Yohan memecah keheningan.
“Aku?”
“Ya kamulah,emangnya ada orang lain lagi didalam mobil ini?” Yohan terkekeh pelan.
“Maaf...Aku baru saja pulang bekerja.”
“Kerja?Kamu kerja apa?Dimana kamu kerjanya?Terus kerja buat apa?”
“Pertanyaan kamu banyal sekali han.”
Yohan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan tertawa canggung.Tumben sekali dia banyak bertanya pada wanita yang baru dikenalinya,pikir Yohan.
“Sorry Kinar,aku tanya sekali lagi deh,kamu kerja?”
“Iya aku kerja”
“Kerja apa kamu?”
“Banyak yang aku kerjakan”
“Untuk apa kamu bekerja?”
“Untuk mendapatkan upah.”
“Buat apa upah itu?Bukannya kamu penerima beasiswa berprestasi disekolah?”
“Beasiswa itu hanya untuk uang sekolahku,tidak untuk biaya hidup keluargaku.”
“Maksudnya,kamu kerja untuk menafkahi keluargamu?”
“Ya begitulah.”
“Kamu bekerja dengan kondisi seperti ini?Tidak kesulitan?”
“Yohan,disabilitasku ini bukan penghalang.Jangan anggap aku manusia yang tidak bisa berbuat apa-apa hanya karena aku memiliki satu kaki,aku tetap orang normal seperti kalian.”
Yohan terkesiap mendengar jawaban dari Kinar barusan. Antara takjub dan salut bercampur menjadi satu.
“Aku salut sama kamu.” Ujar Yohan tiba-tiba.
“Apa maksud kamu?”
“Kamu lucu dan kamu unik”
“Jangan berkata seperti itu.”
“Aku suka cara bicara kamu seperti anak-anak.”
“Apa-apaan kamu ini?! Jangan menggodaku seperti itu!”
“Hahaha,kenapa? kamu malu?” Yohan tertawa geli melihat Kinar yang salah tingkah.
“Tentu saja aku malu!”
“Hahaha lucu ya kamu.”
“Berhenti Yohan,kamu mau berdosa karena terus-terus menggodaku?”
“Astagfirullah,tidak..Maaf,aku khilaf Kinar.”
“Dasar!”
Yohan kembali terkekeh melihat Kinar yang sepertinya sedang kesal setengah mati padanya.
........................
“Kinar!”
“I-iya” Ucap Kinar kaget.
“Beliin gua bakso gih dikantin.” perintah Desi teman sekelas Yohan.
“Kamukan bisa beli sendiri?”
“Gausah ngelawan cacat,lo mau gua laporin ke kespesk hah?!”
“Baiklah,maafkan aku.”
“Udah,sana beli cepetan!” titat Desi dan mendorong badan Kinar agar cepat pergi dari sana.
Kinar, dengan bantuan alat kruknya berjalan perlahan menuju kantin dan mengantri disana untuk membeli semangkuk bakso yang dipesan oleh Desi.
Memang dijam istirahat seperti ini,kantin akan sangat ramai dipenuhi oleh manusia-manusia yang kelaparan.
Tiba giliran Kinar, dia memesan bakso tersebut dan segera keluar dari kantin menuju kelasnya.
Namun na’as, ditengah perjalanan tiba-tiba gadis sombong yang bernama Sasya menyikut kaki Kinar, membuat Kinar terjatuh dan bakso yang dia bawa tumpah.
Kuah panas dari bakso itu mengenai kulit tangan Kinar,membuatnya sedikit melepuh.
“Dih,dih, cacat bisa jalan yang bener ga si?” ejek Sasya.
“Mana bisa kakinya cuma satu.” Sambung Kesya.
“Hahahahahaha.”
Tawa dari semua anak-anak yang melihat kejadian itu,menggema disepanjang koridor.
“Sasya kamu ini kenapa?
“Apa lo bilang?Lo tuh yang kenapa?!” bentak Sasya.
‘Aku tidak mengganggu kalian.”
“Kehadiran lo disini tuh udah lebih dari mengganggu cacat!”
Kinar hanya diam, kemudian Kinar beralih membersihkan dan mengumpulkan pecahan kaca mangkuk bakso tadi.
“Dapat uang dari mana tuh,bisa beli bakso gitu?”
“Ini punya Desi, dan kamu mlah menumpahkannya.”
“Nuduh gua?”
“Memang itu faktanya.”
Bugh!
Sasya memukul kepala Kinar dengan sekuat tenaganya,membuat Kinar meringis kesakitan.
“Berani lo sekarang?”
Kinar kembali diam tak melawan.
“Woy kalian, panggilin Desi gih! Bilang sicacat Kinar udah numpahin baksonya.” Teriak Sasya memerintah anak-anak yang berada disana.
Benar saja, tak berapa lama Desi datang dengan wajahnya yang terlihat emosi.
“KINAR!” teriak Desi tepat didepan wajah Kinar.
“LO TUH IKHLAS GAK SIH BANTUIN GUE!”
“Aku ikhlas Desi..”
“TERUS KENAPA INI LO TUMPAHIN BAKSONYA!”
“Ma-maaf,aku tidak sengaja.”
“Mati aja lo, sumpah!”
Brakk
Desi mendorong badan Kinar kasar sampai gadis malang itu terjatuh dan meringis kesakitan.
“Hajar aja,Nih.” Ucap Sasya, dan melemparkan sebotol cola ketangan Desi.
Tanpa sungkan-sungkan,Desi langsung menyiram Kinar yang masih terduduk dilantai koridor sekolah ini.
“Rasain lo cacat!” desis Desi.
Kinar hanya diam meringkuk diatas lantai tanpa melakukan perlawanan sedikitpun.
Setelah isi cola tersebut habis, botolnya Desi lemparkan tepat mengenai wajah Kinar.
“Sekarang ganti uang gua.”
Kinar mendongak,menatap Desi tidak percaya. Setelah dia menganiaya Kinar, sekarang dia meminta ganti uang?
“Aku tidak punya uang..”
“Gua gak mau tau,pokoknya lo harus ganti!”
“Tapi aku tidak memiliki uang sedikitpun, Desi.”
“Nyuri kan bisa.” Celetuk Sasya.
“Aku tidak akan melakukan perbuatan dosa itu.”
“Gak usah so suci lo.” Sambung Rosa kemudian menendang kaki Kinar.
“Ya udah.Kalo lo gak ganti, gua bakalan laporin BK karna lo nyuri uang gua dan beliin kebakso.” Ancam Desi.
Kinar melotot mendengar penuturan dari Desi barusan, apa-apaan itu?
“Heh lo,panggilin pak Jhony gih.” Perintah Desi pada salah satu seorang murid.
Tentu saja orang yang disuruh Desi tadi sangat menyeramkan.
Tak berapa lama pak Jhony selaku guru BK disekolah ini datang dengan wajahnya yang sangat menyeramkan.
“Kenapa ini?” tanya pak Jhony to the point.
“Kinar nyuri uang saya pak.”
Kinar meraih kruknya dan berdiri tergesa-gesa,menggeleng kuat dan menatap pak Jhony dengan tatapan memohon.
“Itu tidak benar pak.”
“Masih mau ngelak? Itu buktinya lo udah beliin kebakso.”
“Desi,ini bakso kamu!”
“Bohong dia pak! Saya tanya tadi, dia ngaku kalau itu baksonya.” Celetuk Sasya.
“Benar Kinar?”
Kinar menatap Sasya tidak percaya, memcoba menahan air matanya agar tidak mengalir.
Kenapa semua orang malah menuduhnya?
“Saya bersumpah pak, Desi yang menyuruh saya membeli bakso ini.”
“Sejak kapan woi?! Gila, udah cacat pinter akting lagi.” Bantah Desi.
“Desi, aku mohon jujurlah..” pinta Kinar memohon.
“Pak percaya sama kita, ini ada banyak saksi yang liat kalau Kinar tadi ngaku itu bakso punya dia.” Ujar Sasya.
“Iya pak..”
“Bener tuh.”
“Iya, percaya deh pak.”
“Yang dibilang Sasya bener pak!”
“Saya juga tadi liat dia lagi bongkarin tasnya Desi pak.” Timpal Rosa.
“Tidak! Bahkan kita tidak sekelas, darimana kamu tau?!”
“Ngaku aja cacat,tadi gua lewat dari depan kelas kalian.”
“Pak, saya tidak melakukan itu sungguh.”
"Kalau gitu, kenapa uang gua yang didalam tas hilang? Pasti lo yang ngambil."
"Desi tolong... Tadi kamu yang memberiku uang untuk membeli bakso ini."
"Kapan? Gak ada yah! Ngarang dia pak."
"Kinar ikut saya keruang BK!"
"T-tapi pak..."
"Ikut atau beasiswamu dicabut?"
"Bailkah..."
Diruangan pak Jhony, Kinar sudah duduk ketakutan. Takut karna guru didepannya ini akan marah besar kepadanya.
"Kenapa kamu mencuri?" tanya pak Jhony dingin.
"Saya tidak mencuri pak."
"Mau alasan apa lagi kamu, semuanya sudah jelas mengatakan kamu pencuri."
"Sungguh pak."
"Lebih baik kamu mengaku sekarang Kinar, sebelum beasiswamu dicabut oleh sekolah."
Kinar mendongak cepat dan menggeleng kuat, menatap pak Jhony dengan tatapan memohon. 
"Pak..."
"Ayo mengaku!"
"Iya, saya mencuri uang Desi."
"Bagus, kalau begitu suruh orang tuamu besok datang kesekolah."
 "T-tapi..."
"Sekalian saya juga sangat ingin bertemu dengan orang tuamu, saya mau tau kamu ini asal usulnya darimana. Semenjak masuk kesekolah ini, sepertinya orang tuamu tidak pernah menghadiri acara-acara sekolah dan memanimu mengambil raport."
"Baiklah." ucap Kinar pasrah.
----------
13.45 Siang
                Kinar berjalan menuju musholla disekolah mereka untuk melaksanakan sholat dzuhur.
Setelah selesai menjalankan kewajibannya, ia segera keluar dan mencari kruknya yang ia letakkan didekat pintu musholla.
                Namun nihil, kruk Kinar  tidak ada disana. Sampai pandangan Kinar tertuju pada segerombolan anak-anak yang tengah tertawa kegirangan.
                Kinar melihat kruknya tengah dibakar. Dengan kemampuan yang terbatas, gadis malang itu merangkak menghampiri gerombolan anak-anak itu.
Kinar menerobos masuk kedalam dan melihat kruknya sudah tidak berbentuk lagi. Kruk itu dipatahkan kemudian dibakar.
"Apa-apaan kalian ini?!" teriak Kinar.
 "Heh cacat, berani lo teriakin kita?!"
 "Tolong padamkan api itu."
"Padamin aja sendiri!" ucap seorang anak dan mendorong kepala Kinar yang bersimpuh ditanah dengan kasar. Kinar hanya terdiam ketika anak-anak yang lain juga ikut mendorongi badan dan kepalanya, dia melihat kruknya sudah hangus dilalap api. Kinar hanya bisa pasrah.
Dia merasa kesal tentu saja, ketika anak-anak itu merampas dan menghancurkan miliknya. Tapi Kinar tetaplah Kinar, dia hanya bisa diam tanpa melawan.
"Gak terima lo? Mau marahin kita?!"
"Aku tidak pernah menggangu kalian, jadi kumohon berhenti mengangguku."
"Banyak omong lu!"
Kinar menghela nafas panjang dan memejamkan matanya sebentar, kemudian merangkak mendekati kruknya yang telah berubah menjadi abu.
"Udah deh, kalo gak bisa jalan diem ditempat aja. Kaya suster ngesot gua liat lu ngerangkak gitu, bikin eneg aja sih lo! Minggir ga?!" salah seorang siswa mendorong Kinar menggunakan kakinya, lebih tepatnya menendang Kinar.
"Udah cacat, belagu lagi."
 "Cacat gatau diri."
 "Dasar sakit lo!"
"Jauh-jauh sana!”
Kinar mati-matian untuk menahan air matanya, apapun yang terjadi dia tidak boleh menangis.
"Kalian yang harusnya menjauh dariku, jika tidak suka denganku jangan mengusikku!"
"Oh, berani banget nih ngelawan kita." ujar seorang anak laki-laki bertubuh jangkung, matanya memiliki eyesmile namun wajahnya terlihat sangar.
"Hajar aja sicacat, gua yang tanggung jawab." perintah anak itu, yang bernama Rayhan.
Semua bersorak gembira kemudian mereka beramai-ramai mulai mendorong, memukul, mencakar, bahkan menendang Kinar.
"BERHENTI WOY!" teriak seseorang dengan lantang, membuat anak-anak yang menghajar Kinar berhenti dan beralih menatap orang tersebut.
"Daniel? Ngapain lo?" tanya Rayhan bingung.
"Lu siapa sok berkuasa nyuruh-nyuruh mereka ngeroyokin sicacat itu?"
"Emang kenapa?!”
 "Cuma gua yang berhak."
"Cih, kenapa? Ahh jangan-jangan Io prihatin ya liat sicacat itu?"
"Banyak omong! Heh lo semua pada bubar gak, mau gua laporin polisi?"
Satu-persatu anak-anak yang disana mundur perlahan karna takut dengan ancaman Daniel namun tidak bagi Rayhan.
"Ngapain lo masih disini?" tanya Daniel.
"Pahlawan banget ya hari ini, biasanya juga selalu ngeludahin sicacat tuh."
"Disekolah ini kedudukan gua yang paling tinggi, semua nasib murid disekolah ini ada ditangan gua. Terserah gua dong mau ngapain, mau gua tolong kek, mau engga, juga itu urusan gua. Mending lo pergi sana!"
"Sialan!" desis Rayhan meninggalkan Daniel dan Kinar yang masih meringkuk diatas tanah.
Kemudian Daniel melihat kondisi Kinar yang sekarang sangat mengenaskan karna habis dipukuli.
"Heh cacat bangun!" ucap Daniel dan berjongkok dihadapan Kinar.
Kinar diam dan menunduk, menyembunyikan wajahnya.
"Lo denger gak sih!"
"M-maaf, kamu silahkan pergi saja. Aku bisa sendiri." Daniel diam dan masih menatap Kinar yang terus menundukkan dan menyembunyikan wajahnya. Sret!
Daniel menarik paksa tangan Kinar yang sedang tadi menutupi wajahnya. Sungguh demi apapun, laki-laki itu sangat penasaran dengan wajah sicacat yang ada didepannya ini,karena selama ini dia tidak pernah memerhatikan wajahnya sebelumnya.Gara-gara tadi dia mulai penasaran akan wajahnya.
"Kinar?" Daniel tertegun.
Dengan sigap Kinar menarik tangannya yang dipegang oleh Daniel, kemudian kembali menundukkan wajahnya.
"Jangan sembarangan menyentuhku! Dosa!" teriak Kinar kesal.
"Ehmm, m-maaf gua gak sengaja."
"Pergilah."
"Gua bantuin, tenang aja gak gua pegang kok."
"Tidak, terimakasih. Aku tidak ingin jadi korban penindasan kamu, ku mohon." Daniel kembali terdiam, memperhatikan wajah Kinar yang membuat jantungnya berdetak dua kali Iebih cepat.
"Jangan menatapku seperti itu, bisa menimbulka zina."
"Ah? I-iya sorry."
"Pulanglah, orang tuamu pasti sudah menunggu."
 "Terus lo?"
"Aku tidak apa-apa, aku bisa sendiri."
"Yakin?"
"Kenapa kamu jadi cerewet seperti ini? Kamu sedang tidak kerasukan jin baikkan?"
"Heh! Enak aja. Kalo gitu gua duluan, lo bisa sendirikan?"
"Tentu saja bisa."
"Yaudah, hati-hati. Langsung pulang kerumah, jangan keluyuran! Kaki lo cuma satu."
Kinar metotot mendengar ucapan Daniel barusan. Seperti dia sedang mengkhwatirkan Kinar, namun tetap saja masih menyelipkan hinaan didalam kalimatnya.
‘Ah,sial kenapa wajahnya adem banget’ batin Daniel.
---------
              Bu Idah, ibu kandung Kinar benar-benar datang kesekolah anaknya itu untuk memenuhi panggilan dari pak Jhony.
             Sedangkan Kinar disuruh membolos oleh Bu Idah, dikarenakan dia tidak ingin nantinya teman-teman Kinar akan mengetahui kalau beliau adalah ibunda Kinar.
Sepulangnya Bu Idah dari sekolah Kinar, dia melihat anak itu tengah merangkak mengepel lantai rumah mereka.
             Bu Idah menatap Kinar nyalang, seakan-akan dia ingin memakan Kinar, ingin membunuh Kinar sekarang juga.
             Bu Idah mendekati Kinar kemudian mengangkat ember yang terletak disamping Kinar dan menyiramkannya kebadan anak itu.
"I-ibu?" ucap Kinar kaget.
"Kasih tau saya kenapa kamu mencuri?!" nada suara Bu Idah terdengar sangat mencekam.
Kinar diam, bagaimana is harus menjawab pertanyaan ini? Apakah kalau dia mengatakan jika dia bukan pencuri, Bu Idah akan percaya?
"Saya tau saya miskin dan tidak bisa memberi kamu uang saku, bukan berarti kamu harus mencuri anak sialan!"
Anak itu hanya bisa diam dan diam, mendengarkan bentakan sang ibunda yang sangat mengiris hatinya.
Dia hanya bisa bergetar, memejamkan matanya dan berharap semoga ibunya mau berbelas kasih.
Anak itu pasrah dengan keadaan.
 "Bikin malu kamu!" Plakk! Poona melayangkan sebuah tamparan keras dipipi kanan Azka. "KENAPA KAMU HARUS LAHIR?! SAYA UDAH CUKUP MALU PUNYAANAK CACAT SEPERTIMU, KENAPA KAMU MALAH BIKIN SAYA TAM BAH MALU DENGAN CARA KAMU MENCURI!"
"KENAPA TIDAK MATI SAJA KAMU?!"
Kata-kata itu menusuk jantung Kinar, kalimat yang sangat menyakitkan dari pukulan maupun kekerasan fisik manapun.
Bu Idah mengambil gagang sapu, memukuli Kinar menggunakan gagangnya, mendorong anak itu hingga tersungkur kemudian memukulinya lagi.
Buakk
Buak
Buakhh
"Kamu selalu saja membawa masalah!"
 "Ibu, sakit..."
"Ini pantas kamu rasakan!"
Bu Idah memukul kaki Kinar sebelah kanan yang utuh, memukul tulang keringnya sekuat mungkin membuat anak itu berjengit kesakitan.
"DASAR PEMBAWA SIAL!"
"Ibu..."
Buakghh!
Buakk!
"GAK MALU KAMU SAMA AYAH KAMU YANG UDAH MENDIDIK KAMU
HAH?!"
"AYAH KAMU YANG RELA MENGORBANKAN NYAWANYA DEMI MANUSIA CACAT SEPERTI KAMU!"
Kinar merasakan sakit yang luar biasa dihatinya, anak itu teringat akan sosok ayahnya yang sudah meninggal dunia.
Sosok ayah yang sangat dikaguminya, yang selalu membimbing dan menyayanginya. Yang rela mengorbankan nyawanya demi seorang Kinar.
"Ibu..."
"Jangan pernah panggil saya ibu! Dan kamu harus saya kasih hukuman supaya tidak terbiasa mencuri.”
Kemudian Bu Idah mengambil sesuatu di saku bajunya.
Sebatang rokok dan korek. Perlu kalian tau, Bu Idah memang seorang perokok. Wanita paruh baya itu kemudian menyalakan rokok tersebut dan menempelkan bara apinya ke telapak tangan Kinar.
"Buka tanganmu!" Teriak Bu Idah memaksa membuka telapak tangan anaknya.
"IBU, SAKIT..."
"Saya tidak peduli, rasakan itu!" Bu Idah terus menekan ujung rokok yang menyala ke tangan Kinar, membuat telapak tangan anak itu melepuh dan berdarah.
"Ibu tolong kasihani Kinar, sa-kit..."
"Mati kamu sialan!" Kinar merintih dan menjerit tertahan.
Sungguh ia tak kuat menahan rasa sakit tangannya yang dibakar oleh bara api rokok dari sang Ibu.
"Harusnya yang mati itu kamu Kinar, bukan suami saya!" desis Bu Idah dan meninggalkan Kinar yang merintih kesakitan dilantai rumah mereka.
Kinar menangis, pertahanannya runtuh ketika dia mengingat almarhum ayahnya. Anak itu menangis karena rasa sakit dihatinya ditambah rasa sakit dibadannya.
"Ayah..."
Kinar menyingkupkan baju kurungnya untuk melihat nasib kakinya yang baru saja dipukuli oleh Bu Idah.
Sangat mengerikan, kaki anak itu membangkak, membiru bahkan sampai berdarah.
Kemudian Kinar melihat telapak tangannya yang sangat mengenaskan. Bengkak, melepuh, dan darah juga sudah memenuhi telapak tangan anak itu.
"Ayah sakit..."
 "Kak Kinar?" Kinar  mendongak, melihat orang yang baru saja menyebutkan namanya.
"Dea? Sudah pulang?" ucap Kinar sambil menutupi kaki dan tangannya agar Dea tidak melihat luka-luka itu.
"Kakak kenapa?"
"Ahh tidak a a-a a, sana ganti baju kamu. Kita akan makan siang ."
Dea hanya mengangguk dan pergi menuju kamarnya untuk mengganti pakaian, meninggalkan Kinar yang tengah berusaha mati-matian untuk berdiri.
--------
Sore ini Kinar tengah bersiap-siap pergi ke sekolahnya, untuk membersihkan seluruh pekarangan sekolah tersebut.
Itu sudah menjadi kewajiban Kinar, agar beasiswanya tidak dicabut oleh pihak sekolah.
"Mau kemana lagi kamu pencuri?" Kinar yang tengah melilit kakinya dengan perban, segera membalikkan badannya dan menatap Bu Idah dengan nanar.
"Mau kemana kamu?"
"Kinar pergi bekerja."
"Mau kerja atau mau mencuri lagi?"
"Ibu, Kinar bukan pencu--”
"Yaudah sana, kalau kamu mencuri juga saya tidak peduli lagi. Palingan saya yang melaporkanmu ke polisi." Bu Idah memotong ucapan Kinar dan menatap anak itu sangat tajam.
Kinar menarik nafasnya dalam dan segera berdiri dengan bantuan kruk barunya yang terbuat dari bambu. Anak itu yang membuatnya sendiri, mengingat kruk Kinar yang lama sudah dibakar oleh teman-temannya.
"Kinar izin bu."
"Pergi sana."
Dengan rasa bersalah yang amat sangat, Kinar berjalan tertatih sembari terus memikirkan kesalahan besar yang telah dia perbuat.
"Kenapa ibu benci sekali dengan Kinar?" ucap anak itu sambil menatap langit sore yang tampak mendung.
"Siapa yang benci kamu?"
Kinar terkejut, tiba-tiba saja ada orang yang sudah berdiri tepat disampingnya dan gilanya ikut berjalan dengan Kinar.
"Yohan?" Ya, orang itu adalah Yohan yang akhir-akhir ini selalu mengikuti Kinar.
Entahlah, Yohan sengaja mengikuti Kinar atau memang tidak sengaja bertemu dengan Kinar.
"Siapa yang benci sama karma"
"Ah, t-tidak ada." jawab Kinar gugup.
 "Tadi aku denger ya, gausah bohong."
"Kamu menguping?"
"Heh enak aja! Aku ga sengaja denger."
"Bohong."
"Bener sayang."
Kinar melotot, kemudian menatap Yohan dengan kesal. Apa-apaan jawaban yang dilontarkan laki-laki itu.
"Kenapa kamu?"
"Tidak!"
"Hahaha salting yah aku panggil sayang?"
"Tidak!"
"Cie salting wkwkwk."
"Yohan!"
"Kenapa sayang?"
"Pergilah, kamu hanya ingin menggangguku."
"Yah marah,Maaf, ga lagi deh." Kinar hanya memutar bola matanya malas dan melanjutkan jalannya kesekolah tanpa menghiraukan Yohan yang terus mengikutinya.
"Kinar, kamu mau kemana?"
"Sekolah."
"Ngapain? Tadi aja kamu ga masuk."
"Tadi aku ada urusan yang tidak bisa ditinggalkan."
"Urusan apa?"
 "Diamlah, kamu tertalu banyak bertanya."
"Kan aku pengen tau."
 "Kamu tidak perlu tau."
"Perlu dong."
"Tidak."
"Yah, gimana dong caranya aku halalin kamu kalau kamunya aja tertutup sama aku?"
Kinar tersedak ludahnya sendiri mendengar ucapan Yohan barusan. Anak itu memberhentikan langkahnya dan menatap Yohan bingung.
"Apa katamu?"
"Ah? Gak, gapapa."
"Aku mendengarnya."
"Lupain aja, aku cuma bercanda."
Kinar mengangguk dan kembali melanjutkan jalannya. Begitu juga dengan Yohan yang mengekor dibelakang Kinar layaknya anak kucing yang berjalan dibelakang majikannya.
Tak lama, mereka sampai ke sekolah. Sedangkan Yohan masih tidak tau ada keperluan apa Kinar datang ke tempat itu.
"Kamu mau ngapain?" tanya Yohan.
"Aku bekerja."
"Kerja apa?"
"Pergilah, jangan ganggu aku."
"Aku ganggu banget nih?"
"Sebenarnya tadi kamu mau kemana? Kenapa malah mengikutiku?"
"Tadi aku mau ke rumah Daniel. Kebetulan liat kamu, yaudah aku ikut kamu aja."
"Daniel pasti sudah menunggumu, pergi sana."
"Males, aku disini aja."
"Terserah! Diam saja disitu, jangan ganggu aku."
"Gak ganggu, cuma liatin kamu doang kok." Kinar melotot, namun berusaha mengabaikan siketua osis yang memiliki tubuh dengan tinggi minimalis itu.
Sekitar 30 menit-an, akhirnya Kinar selesai mengerjakan pekerjaannya sendirian. Dan Yohan benar-benar hanya melihat saja tanpa ada niat membantu.
Ketika Yohan sedang sibuk memperhatikan pergerakan Kinar, laki-laki itu tidak sengaja melihat telapak tangan Kinar yang dililit oleh perban.
"Kinar sebentar." Ucap Yohan sedikit berteriak.
"Ada apa?"
"Tangan kamu, kenapa itu?" Kinar tampak gugup, anak itu dengan segera menyembunyikan telapak tangannya agar tidak terlihat oleh Yohan.
"Kinar, jawab aku."
"Ini tidak apa-apa."
 "Apa itu ada hubungannya sama kamu yang tidak masuk sekolah tadi?"
"Tidak!"
"Kok ngegas?"
"Maaf, aku tidak sengaja."
"Coba sini aku liat tangan kamu."
Yohan maju selangkah dua langkah mendekati Kinar, gadis itu tampaknya sangat ketakutan ketika Yohan mulai mendekatinya.
"Bagus banget, disuruh dateng kerumah gua eh malah mesra-mesraan sama si cacat." Ujar seseorang yang menyaksikan Yohan dan Kinar.

Bersambung.

Komentar

  1. Saya suka cerpennya,bolehlah lanjutannya ya 😂

    BalasHapus
  2. Tidak! Kok ngegas😂 ditunggu kelanjutannya kak

    BalasHapus
  3. Cerpennya bagusss, menarikk. Sukaa😂

    BalasHapus
  4. Sukaaaa cerpennya menarik, ditunggu kelanjutannya kak😁

    BalasHapus
  5. Bagus banget ceritanya,ditunggu postingan selanjutnya... 5000 kata nih mantul 👌

    BalasHapus
  6. Yohan? jgn2 x1 stan nih? 😀
    Salam kenal, kak! aku jg x1 stan lho:* btw ceritanya bagus bgt, diimbangi pengetikan sdh sesuai EYD. 5000 kata? dan msh bersambung? waoww!!!😇 daebak~ semangat untuk lanjutannya ya, kak!!:))

    BalasHapus
  7. Sangat menarikk juga membuat saya penasaran👍

    BalasHapus
  8. Wuuihh cerpennya menarik 😇
    Ditunggu kelanjutan ceritanya ya kak 😇

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

SURAT LAMARAN PEKERJAAN BESERTA DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Kuningan, 09 Desember 2019 Lampiran :  lima berkas  Perihal      :  Lamaran Pekerjaan Yth. HRD PT Technopia Kuningan  Jalan Bank Dagang Negara 2 No.56A  Kecamatan Cilimus Kuningan Dengan hormat,        Sesuai dengan iklan pada harian  kompas , 08 Desember 2019, PT Tecnopia Kuningan membutuhkan professional yang andal dan inovatif maka saya mengajukan lamaran pekerjaan untuk posisi Assistant Area Sales Manager.  Adapun identitas saya sebagai berikut:  nama                               : Heni Indriasari, S.E.  tempat, tanggal lahir   : Kuningan, 29 Desember 1996 alamat                             : Jalan Melati Mas 3 A5, Cilimus Kuningan Jawa Barat nomor HP                ...

SURAT LAMARAN PEKERJAAN

Contoh Surat Lamaran Pekerjaan Kuningan, 05 Oktober 2019 Lampiran :    lima berkas Hal              :    Lamaran Pekerjaan Yth. Manajer Sumber Daya Manusia PT Gemilang Jaya Jalan Melati No. 101  Kuningan Dengan hormat, Sesuai iklan pada harian  Pikiran Rakyat  edisi 13 Oktober 2014 bahwa PT Gemilang Jaya membutuhkan karyawan.Oleh karena itu, saya melamar kerja dengan posisi staf marketing. Berikut ini identitas saya: nama                                :      Heni Indriasari, S.E tempat, tanggal lahir    :      Kuningan, 29 Desember 1996 alamat                          : ...